Re: kesadaran beragama di kalangan remaja
Membaca tulisan pada minggu lalu yang berjudul kesadaran beragama di kalangan remaja cukup membuka-kan telinga akan isi tulisan yang disampaikan, namun ada sesuatu ganjalan dalam tulisan tersebut yang mendorong saya untuk menulis dan mencoba sedikit koreksi walaupun saya bukanlah ahlinya dalam permasalahan yang penulis tersebut berikan.
Keterpurukan dalam banyak aspek yang utamanya keterpurukan aspek moral merupakan suatu masalah serius dalam kehidupan umat manusia, remaja khususnya, terutama dalam hal ini remaja dihadirkan sebagai generasi penerus bangsa. Namun dalam penyelesaian dan meminimalisir masalah ini, beberapa jalan yang ditawarkan penulis sebelumnya sedikit kurang saya setujui dan saya pikir sedikit kurang relevan. Pertama, ajaran agama bukanlah satu-satunya jalan keluar, beberapa factor psikologis dari remaja tersebut perlu dipertimbangkan, nasihat yang diberikan secara terus menerus pada seorang remaja hanya akan membawa remaja tersebut ke dalam pemikiran akan kemuakan dan menimbulkan lepas control yang akan menimbulkan pemikiran anarki. Hal ini diKarenakan fase remaja menurut seorang psikolog bernama Sigmund frued merupakan factor dimana membawa remaja kembali pada kondisi infantilnya yang menginginkan proteksi, dalam hal ini proteksi keluarga. Jadi factor keluarga tidak kalah pentingnya dengan ajaran agama. Kedua, walaupun penulis sebelumnya memberikan penerangan bahwa budaya barat itu tidak selalu buruk, tetapi jalan yang diberikan penulis yaitu dengan menciptakan bebas budaya barat sangatlah tidak mungkin, Indonesia sudah menjadi consumer terbesar dari pencaplokan budaya barat, 90% lingkungan di Indonesia tidak ada yang bebas dari budaya barat sedikitpun, 10% sisanya itu adalah suku-suku pedalaman yang memang berbudaya anti-kemapanan, pesantren-pesantren ataupun sekolah-sekolah ber-asrama agama lainpun tidak mungkin luput dari hal ini. saya berani jamin, bahkan di tempat-tempat seperti yang telah saya sebutkan barusanpun murid-muridnya pasti mengenal apa dan siapa sponge bob, AFI, Indonesia idol, dll. Dan dalam hal ini saya tidak mempropagandakan kemasyuran budaya barat, karena saya sendiri seorang pembenci budaya tersebut, namun apabila anda mencoba menghadirkan hal tersebut berarti anda bermimpi terlalu tinggi. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan dekonstruksi pemikiran dari pihak yang memegang peranan penting dalam perkembangan remaja yaitu keluarga lagi, mereka dapat memberikan pemecahan lebih lanjut dari hal itu, dengan mereduksi budaya barat yang bersifat negative dan membawa remaja tersebut pada ketergantungan.saya percaya pada perkataan salah seorang budayawan yang menjadi mualaf, yaitu Roger garaudy, dimana dia berkata bahwa islam tidak menolah ajaran barat dan ajaran didalamnya, tetapi sebaliknya, mempersatukan dan menempatkannya di jalan Allah. Dan ketiga, dengan membangun kesadaran agama tidaklah hanya diperlukan ajaran-ajaran yang hadir dengan mutlak, namun ajaran tersebut juga haruslah "dikerjasamakan" dengan sejalannya waktu.
Saya hadirkan tulisan ini semata-mata juga sama dengan penulis sebelumnya yaitu karena kekhawatiran akan kehidupan remaja yang tampak didepan mata, dan saya mencoba menggambarkan cara lain yang tidak hanya tertuju pada agama namun juga menuju suatu pemikiran yang merupakan pelebaran dari pemikiran murni dan fundamental. Karena masa remaja merupakan masalah rentan masalah, namun apabila diberikan pemecahan yang cocok, maka akan berhasil dan lepas dari banyak masalah.
*kiki esa perdana S.ip.
pimpinan redaksi BB news Bandung
---
tak pernah ditulis oleh galamedia.
4 comments:
Here are some links that I believe will be interested
Here are some links that I believe will be interested
Hi! Just want to say what a nice site. Bye, see you soon.
»
Hi! Just want to say what a nice site. Bye, see you soon.
»
Post a Comment