Pada saat muda, nuwanda memainkan peran ganda, menjadi si jenius sekaligus si lemah di kelas.nya. Di sekolah, dia merupakan sebuah karakter kecil dan bukan menjadi karakter utama. Banyak kawan2 sangat menyukainya, namun ada pula beberapa yang membencinya. Beberapa yang membencinya tersebut menganggap nuwanda adalah seorang sosok angkuh dan (meminjam istilah Sartre) “si maha tau”. Hingga suatu saat dia pernah diajak untuk berkelahi, namun nuwanda menolak dan kemudian menghindar.
Sebenarnya ada penjelasan logis dari nuwanda mengapa dia dibenci, nuwanda memiliki egoisme yang tak terkalahkan, hingga hal itu berkembang membentuk independensi pikiran yang utuh. Nuwanda ingin terlihat berbeda dan aktif dalam hal pemikiran, hingga dalam egoisme terekstrimnya, terkadang dia menolak dan tidak mau menyesuaikan diri dengan teman2 yang tidak sepikiran dengannya.
Dia tidak pernah ingin menjadi orang yang berpikiran “biasa” atau “normal” sejak kecil, dia ingin menjadi berbeda dengan syarat2 yang dia tentukan sendiri. Nuwanda sadar, bahwa dengan hal ini, dia dapat menjadi membentuk kawan sekaligus membentuk lawan. Pilihan hidup yang dia sadari resikonya. Lalu dari situ dia belajar tentang ketegaran mental sekaligus ambivalensi yang nyata. Dan ambivalensi ini akan tempak jelas sepanjang hidup nuwanda.
Kejadian demi kejadian terjadi dalam hidup nuwanda muda, termasuk cinta. Terakhir yang saya dengar tentang nuwanda adalah dia kembali memaksakan diri akan konsep “kebebasan pribadi”, dia tidak ingin memiliki ikatan sebelum dia menikah. Bagi dia, pacaran merupakan perasaan-perasaan konvensional, dia tidak ingin suatu hubungan yang berpacaran berkembang menjadi suatu kebiasaan hingga membosankan dan kemudian berakhir, seperti halnya yang terdapat dalam dunia kapitalis modern. Berprinsip sekaligus absurd.
Hidup nuwanda memang aneh, tetapi dia adalah seseorang yang hebat dibalik fisiknya yang tidak rupawan, banyak orang diperdayakan oleh intelektualitasnya, mereka menemukan daya tarik luar biasa didalam sosok nuwanda ini, terutama para wanita. Hingga suatu saat dia pernah berkata “aku adalah sosok dicintai, bukan disukai”. Mungkin memang begitu, akhirnya seperti Soren kierkegaard pernah bilang, “ bercita cita untuk menjadikan kehidupan ini berada dalam kesadarannya yang seutuhnya atas hidup itu sendiri”..
itulah nuwanda..
No comments:
Post a Comment