di depan rumah gerobak bubur pa jaka disenggol sebuah motor, tak ada kerusakan, pa jaka hanya berteriak kaget, sudahnya senyum kembali ia. kumpulan orang di ujung jalan itu merasa dibicarakan terus oleh remaja masjid. masalah aqidah, kebatilan, mereka malu. cukup dengan malu yang dapat menyelesaikan masalah, puja puji untuk dunia jika memang itu terjadi. adit mendorong gerobak es melintas dengan siulan lagu tombo ati, cukuplah dinyanyikan, maka hati akan menuruti isi liriknya, mungkin itu katanya. darmin si tentara kemarin sore itu tetap ngebut saat melewati jalanan di daerah RT 8, banyak anak anak, tak ada yang berani menegornya, bahkan pa RW. sedangkan rani, polwan di polres yang tinggal di kostan jumadi hanya bisa menggerutu, dasar orang ga tau diri, yang hanya diucapkan di dalam hati atau ke si mbok jamu.
kami rumit, kami bhineka, itu bahasa pancasila, tak usahlah anda berbicara masalah politik pada kami. sudah terlalu lemah kami, sudang sangat merasa rakyat, itu ujar bang darko. bereskan saja baik baik, kekeluargaan, jika memang ada apa apa, kata pa RW pelan pelan.
laksana raja di laut, lagu melayu itu terdengar dari kamar siti, yang baru 2 hari kemarin putus dengan amir, pelayan rumah makan ampera. amir selingkuh dengan reni, sales kosmetik asal ciamis. reza kepanasan, sambil sms.an dia menjelaskan pada sandra bahwa tarif esia itu lebih murah dari flexi dan m3 lebih murah dari simpati, sandra merasa kalah, ganti m3 besok ah, ujarnya pelan. sambil meladeni bubur, pa jaka bercerita, dia baru kredit motor honda vaio, uang muka cuma 500 ribu plus ktp dan kartu keluarga. adit lewat lagi, kali ini dia siulan dia menyanyikan lagu nidji, kenapa ya anak itu senang sekali bersiul.
kami jatuh tapi tak luluh lantah, kami di bawah, tak sanggup berdiri tapi kami dapat lancar merangkak. kami tak perduli dengan statistik kemiskinan pemerintah, satpol pp pemda, pemilihan walikota, apalagi kegiatan badan intelejen, kunjungan presiden, atau bahkan diplomasi negara. kami tersenyum di blok jalanan kecil ini, menjalankan hari dengan senyum selama ada matahari dan air hujan.
kami rumit, kami bhineka, itu bahasa pancasila, tak usahlah anda berbicara masalah politik pada kami. sudah terlalu lemah kami, sudang sangat merasa rakyat, itu ujar bang darko. bereskan saja baik baik, kekeluargaan, jika memang ada apa apa, kata pa RW pelan pelan.
laksana raja di laut, lagu melayu itu terdengar dari kamar siti, yang baru 2 hari kemarin putus dengan amir, pelayan rumah makan ampera. amir selingkuh dengan reni, sales kosmetik asal ciamis. reza kepanasan, sambil sms.an dia menjelaskan pada sandra bahwa tarif esia itu lebih murah dari flexi dan m3 lebih murah dari simpati, sandra merasa kalah, ganti m3 besok ah, ujarnya pelan. sambil meladeni bubur, pa jaka bercerita, dia baru kredit motor honda vaio, uang muka cuma 500 ribu plus ktp dan kartu keluarga. adit lewat lagi, kali ini dia siulan dia menyanyikan lagu nidji, kenapa ya anak itu senang sekali bersiul.
kami jatuh tapi tak luluh lantah, kami di bawah, tak sanggup berdiri tapi kami dapat lancar merangkak. kami tak perduli dengan statistik kemiskinan pemerintah, satpol pp pemda, pemilihan walikota, apalagi kegiatan badan intelejen, kunjungan presiden, atau bahkan diplomasi negara. kami tersenyum di blok jalanan kecil ini, menjalankan hari dengan senyum selama ada matahari dan air hujan.
No comments:
Post a Comment