saya seorang beriman. saya seorang yang percaya. namun saya akui, di hidup saya (entah hidup orang) memang tidak bisa dipaksakan kedatangan rasa religius dalam diri, tidak bisa pula dipura pura ada namun sebenarnya berdiri diantara ada dan tidak. saya adalah seseorang yang dimana grafik religius nya suka naik dan turun, tidak pernah tentu. rasa religius itu saya definisikan misalnya rajin shalat, bersikap yang dianjurkan dan semacamnya. jangan coba bicarakan bahwa kita ini manusia dan memang tidak pernah lepas dari rasa khilaf dan salah. saya sudah tahu itu. dan sangat basi jika kenapa saya seperti itu dijawab dengan retorika semacam itu. jika memang seperti itu, kenapa saya harus membahas. logika semacam ini seperti sebuah diskusi umum tentang narkoba yang kemudian kesimpulannya adalah kembali pada diri masing masing. sangat lucu. siapa yang tidak ingin konsisten berada di jalur yang benar, ya setidaknya itulah yang saya inginkan. saya ingin menjadi manusia yang bisa dibilang rajin ibadah nya lah, bertindak baik, walaupun tidak harus sempurna. pada 2 bulan saya bisa menjadi seorang iblis, 2 bulan selanjutnya saya bisa menjadi seorang santri. masalah konsistensikah? benarkah saya punya masalah tentang hal konsistensi dalam hal religi? entahlah, mungkin seperti itu. nah ambil saja itu masalah utamanya, lalu bagaimana cara mengatasinya? sumpah saya tidak tahu, sampai sekrang pun hal ini masih saya pikirkan bagaimana penyelesaiannya, atau jangan jangan saya kembali ke jawaban, kembali pada diri masing masing. haha. mungkin pada akhirnya seperti proses hidup lainnya, ini adalah pencarian menuju suatu puncak. entah di puncak tersebut manusia mendapatkan rasa atau hal seperti apa. namun nampaknya saat konsistensi ini bisa dilakukan, rasa tenang akan terjadi, izinkan saya menjadi islam seutuhnya..
2 comments:
Knp Nuwanda? masa pa Haji ga konssiten
Susah memang...., tapi apa memang kita yang bikin itu berasa susah???
Post a Comment