Friday, July 22, 2011

demi lisna


uangku habis, padahal malam ini aku berjanji akan datang menemui lisna, anak pak tatan, pegawai catatan sipil. pak tatan ini lulusan pesantren di daerah tasik, entah apa nama pasantren nya, pengetahuan tentang islam nya hebat, setiap malam minggu saat saya berkunjung menemui lisna, pa tatan selalu bercerita tentang kejadian yang sedang ramai dan bagaimana presepsinya menurut islam. saya sih sebetulnya kurang tertarik mendengar cerita seperti itu, karena tujuan awalnya memang ingin bertemu lisna, tapi kan ga mungkin juga obrolan pa tatan dicuekin begitu saja.
lisna sekarang sedang tugas akhir, lisna kuliah jurusan administrasi perkantoran di unpad, kami membina hubungan serius, setelah lulus dan lisna mendapat kerja, saya dan orang tua berencana untuk datang menemui keluarga lina, oh ya, orang tua saya tidak tinggal disini, mereka tinggal di sumedang, saya pun lahir dan dibesarkan di sumedang, di sebuah daerah kecil bernama congeang. di congeang ada tempat pemandian air panas. nah daerah situlah rumahku.
saya sekarang bekerja sebagai surveyor di salah satu kantor kreditan, tugasku mensurvey para calon pengkredit, apakah mereka layak disetujui kreditan nya atau tidak, itu tanggung jawabku. tadi pagi saya baru dapat musibah, kreditan motor macet, si penunggak pindah alamat, saya ribet sendiri mengurusinya, tapi sudahlah ini sudah jadi urusan polisi.
ayah lisna sudah sering bicara segeralah saya datang dengan orang tua, melamar maksudnya, saya hanya tersenyum, untuk sekedar informasi, ayah saya hanya seorang pensiunan pegawai kecamatan, sedangkan ibu hanya ibu rumah tangga biasa, masuk kuliah saya dibiayai paman, adik ibu yang sekarang sudah wafat dan meninggalkan 3 orang istri dan 6 anak yang selalu terlihat sirik pada saya karena dikuliahkan ayah mereka.
kadang saya berpikir nekad melakukan sesuatu untuk biaya pernikahan, tapi pada dasarnya saya memang manusia baik, jadi ya susah untuk berbuat jahat atau sedikit bermain dengan uang kantor. tapi memang pusing juga memikirkan biaya nikah, tabungan tiap bulan tidak nambah nambah malahan habis dipakai biaya ini itu tidak jelas dengan lisna, kadang kita makan malam di cafe atau kadang membelikan lina baju yang harganya lumayan mahal. tapi demi lisna saya sih sanggup sanggup saja walaupun kadang kecekek sendiri pertengahan dan akhir bulan.
bukannya otak jorok, tapi sampe detik ini lisna tidak mau saya cium, dia beranggapan lisna ga terlalu islam islam banget, dia suka nonton film porno dengan kawan kawan nya, dia suka membicarakan masalah itu dengan saya, cuma dia tidak mau saya cium sekali saja, kami hanya berpelukan, cukup sebatas itu, tapi demi lisna saya sabar.
sore itu saya membatalkan dengan meng sms lisna bahwa saya gagal ketemu dengannya, lisna marah, saya beralasan bahwa ada pekerjaan di kantor mendadak lembur, tapi sebetulnya saya sangat ga punya uang, lisna pasti mengajak saya ke cafe atau belanja. biarlah lisna marah, nanti juga adem sendiri buatku. akhirnya malam itu saya habiskan di depan counter pulsa teman sambil ngeroko dan ngopi2. tapi saya kaget, lisna bersama orang tuanya terlihat di seberang jalan, saya sengaja bersembunyi karena lisna mengira saya ada di kostan. tak lama sebuah mobil sedan hitam warna hitam mendekat. seorang dewasa mungkin umurnya 6 tahun diatas saya turun, sun tangan pada ayah ibu lisna, dan mengecup kening lisna tepat di depan orang tuanya dan menuntunnya masuk mobil, kedua orang tua lisna pun mengikuti masuk ke mobil tersebut. teman2 saya yang ada disitu diam, semua melihat serempak pada wajah saya yang sembunyi dibalik counter. saya terdiam. entah mau bicara apa2. nampaknya hidup seperti biasa tak terduga, siapapun bisa hancur kapan saja, cinta memang buta, dia bisa menabrak siapa saja..


No comments: