Monday, January 16, 2012

fiya

"My friends they all been telling me that you're no good
You broke a lot of hearts and you don't even know"

pagi ini aku mendengar lagu itu berulang ulang. aku biarkan terus mengalun. Fiya namanya, pagi ini aku mengingatnya dan akan menceritakannya, dia kawan kerjaku juga, namun beda divisi, dia di HRD. memang cantik, teman temanku banyak yang menyukainya dan tidak sedikit pula yang berani mengajaknya jalan, entah karena terlalu baik atau memang sifatnya terbuka, fiya selalu mengiyakan hampir semua ajakan teman temanku untuk sekedar makan malam bareng atau nonton. namun banyak dari mereka yang berakhir tidak baik, semua ditolak fiya saat menyatakan cintanya.

sedang aku? saat itu fiya hanya menganggapku mungkin hanya seorang biasa, pegawai marketing yang tidak suka jika diajak karoke atau futsal. bukan aku tidak suka bersosialisasi, tapi kadang aku tidak nyaman dengan teman teman kantorku yang kebanyakan dari mereka adalah orang IT membosankan yang tak berhenti bicarakan masalah jaringan atau web design atau bapak bapak yang tak bosan membicarakan pengalaman seksual mereka di panti pijat. yang membuat saya nyaman adalah gaji tiap bulan, memang perusahaan disini memberiku uang bulanan yang lumayan besar, aku bisa membeli banyak hal yang bisa mengalihkanku dari kebosanan di kantor.

teman teman sering memojokanku dengan tantangan "ayo dong berani ga deketin bu HRD cantik itu?" aku malas, aku hanya jawab dengan senyum, aku tau fiya seperti apa, dimataku dia hanya wanita oportunis, ya oportunis, dia bebas menikmati "fasilitas fasilitas" dari teman temanku yang mendekatinya, makan gratis dimanapun dia mau, nonton film terbaru gratis di bioskop manapun fiya mau, antar jemput rumah-kantor setiap hari, dll. aku yakin pada akhirnya dia akan menikah bukan dengan teman teman kantorku. aku bebas mencacinya saat itu di pikiranku. aku memang tidak suka dengan wanita seperti itu, dan yang kdengar wanita cantik memang banyak yang seperti itu, bebas memperlakukan laki laki, apalagi laki laki yang kaya. malah salah satu manager di perusahaan ini pernah juga mendekati fiya cukup lama, pernah mengajaknya liburan ke lombok, dengan fasilitas kelas 1, namun fiya menolaknya, sang manager akhirnya mabuk berat karena kecewa. oportunis terdengar kata yang sangat tepat untuk mendeskripsikan fiya. dan betapa nyaman nya mencaci orang lewat pikiran bukan lewat ucapan.

(bersambung)

1 comment:

Anonymous said...

cepetan atuh sambungan'y... Aaaah!